Alam semesta yang kita amati hanyalah sekitar 5% saja dari komposisi total
alam semesta, dan sisanya diisi oleh 27% materi gelap dan 68% energi gelap.
Pemahaman gelap disini bukanlah materi berwarna gelap, melainkan materi yang
belum diketahui dan tidak dapat dilihat tapi diketahui keberadaannya dari
pengaruh gravitasi yang ditimbulkannya.
Matahari. Kredit: NASA
Dari pengamatan, memang diketahui ada materi tak dikenal dan tak terlihat
yang berperan penting dalam alam semesta. Buktinya, obyek yang berada jauh dari
pusat galaksi memiliki kecepatan gerak hampir sama dengan kecepatan gerak obyek
di area pusat galaksi. Perlu diingat semakin jauh sebuah benda maka geraknya
pun semakin lambat. Dari sinilah pengamatan lanjutan dilakukan dan diketahui
ada materi gelap di halo galaksi yang turut berperan menjaga obyek-obyek di
area luar tersebut. Karena dengan kecepatan yang sama dengan kecepatan obyek di
pusat galaksi, maka seharusnya benda-benda yang jauh dari pusat galaksi sudah
tercerai berai.
Materi Gelap di Lingkungan Matahari
Pertanyaannya, dalam skala yang lebih kecil yakni di lingkungan Matahari apakah materi gelap ini ada? Para astronom memang meyakini bahwa materi gelap ada dimana-mana termasuk di lingkungan Matahari meskipun ada juga penelitian yang menyatakan sebaliknya.
Pertanyaannya, dalam skala yang lebih kecil yakni di lingkungan Matahari apakah materi gelap ini ada? Para astronom memang meyakini bahwa materi gelap ada dimana-mana termasuk di lingkungan Matahari meskipun ada juga penelitian yang menyatakan sebaliknya.
Tahun 2012, Christian Moni Bidin dari Departamento de Astronomía,
Universidad de Concepción, Chile, dalam penelitiannya dengan teleskop
2,2 meter MPG/ESO di Observatorium La Silla, menyatakan bahwa setelah melakukan
pemetaan gerak lebih dari 400 bintang sampai jarak 13 000 tahun cahaya, “tidak
tampak” adanya massa tambahan dari materi tak terlihat atau materi gelap.
Menurut Christian Moni Bidin, massa yang ia lihat bisa dijelaskan sepenuhnya
oleh materi normal yang tampak.
Akan tetapi, tampaknya apa yang dinyatakan Christian Moni Bidin memperoleh
sanggahan. Dalam penelitiannya, Christian Moni Bidin mengasumsikan kalau
kecepatan bintang sama dimanapun ia berada. Asumsi ini hanya berlaku pada
bintang muda yang mengorbit bidang galaksi. Tidak demikian dengan bintang yang
mengorbit di atas atau di bawah bidang galaksi. Semakin jauh sebuah obyek maka
ia akan melambat. Dengan demikian, materi gelap masih tetap ada untuk ditemukan
dan dipecahkan misterinya.
Materi Gelap di Lingkungan Tata Surya
Pertanyaan lainnya, bagaimana dengan keberadaan materi gelap di lingkungan Tata Surya? Adakah usaha untuk menemukan materi gelap di Tata Surya? Apakah ada ataukah Tata Surya bebas dari materi gelap?
Pertanyaan lainnya, bagaimana dengan keberadaan materi gelap di lingkungan Tata Surya? Adakah usaha untuk menemukan materi gelap di Tata Surya? Apakah ada ataukah Tata Surya bebas dari materi gelap?
Sayangnya untuk bisa mendeteksi kehadiran materi gelap di Tata Surya bukan
perkara mudah, Matero gelap memang seharusnya memiliki pengaruh gravitasi pada
orbit planet dan wahana antariksa. Sayangnya, kita masih belum bisa mendeteksi
keberadaannya, mengingat pengaruhnya lebih kecil dibanding pengaruh gravitasi
yang diberikan oleh Matahari dan planet-planet yang ada di Tata Surya. Dan ini
tidak hanya berlaku di area sekitar Bumi tapi di seluruh area di Tata Surya.
Tapi, hal tersebut tidak menghentikan para astronom untuk mencari bukti
kehadiran materi gelap di Tata Surya atau lebih tepatnya di dekat Matahari.
Di tahun 2012, astronom dari University of Zürich, ETH Zurich, Universitas
Leicester dan NAOC Beijing menemukan sejumlah besar materi gelap di dekat
Matahari. dan belum lama ini, para astronom dari Universitas Leicester dan
Institut Astronomi di Edinburgh, UK menemukan potensi keberadaan materi gelap
di dekat Matahari dari hasil analisa data teleskop selama 12 tahun.
Indikasi Keberadaan Materi Gelap
Keanehan itu muncul dari pengamatan sinar X yang dilakukan oleh observatorium ESA memperlihatkan adanya perubahan dalam aliran sinar-X yang mengindikasikan adanya kecocokan “jika” axion yang berinteraksi dengan medan magnetik Bumi.
Keanehan itu muncul dari pengamatan sinar X yang dilakukan oleh observatorium ESA memperlihatkan adanya perubahan dalam aliran sinar-X yang mengindikasikan adanya kecocokan “jika” axion yang berinteraksi dengan medan magnetik Bumi.
Axion merupakan partikel hipotetik yang diajukan untuk menjelaskan anomali
dalam salah satu masalah fisika, khususnya terkait teori gaya nuklir kuat yang
merupakan satu dari empat gaya dasar di alam semesta. Jika axion memang
ditemukan keberadaannya, maka partikel bermassa rendah ini diduga merupakan
komponen dalam materi gelap.
Axion merupakan partikel yang sangat ringan dan tidak bermuatan. Ia diduga
terbentuk di inti matahari dan nyaris tidak berinteraksi dengan materi normal.
Dengan demikian axion akan memiliki gaya dan tenaga untuk melintasi ribuan
kilometer plasma Matahari dan lepas ke angkasa. Tapi, axion akan berinteraksi
dengan medan magnetik seperti meda magnetik di sekeliling Bumi dan ia akan
berubah menjadi foton sinar X. Foton inilah yang diyakini dilihat oleh
para peneliti yang mengindikasikan keberadaan axion.
Penelitian untuk mengetahui keberadaan axion ini dipimpin oleh
astronom George Fraser dari Universitas Leicester, UK. Beliau meninggal 2
hari setelah mengajukan makalah terkait penemuan indikasi materi gelap di
Matahari ke Monthly Notices of the Royal Astronomical Society.
Dalam penelitian yang dilakukan almarhum bersama Andy Lawrence dari
Institut Astronomi di Edinburgh, UK, dan Andy Read dari Leicester, mereka
menemukan hasil yang janggal yang tidak dapat dijelaskan dengan metode
konvensional. Tapi teori axion justru bisa menjelaskannya. Meskipun demikian,
Andy Read juga menyatakan, hasil yang mereka ajukan masih berupa hipotesa, dan
pada umumnya hipotesa selain masih perlu diuji juga belum tentu dapat
dibuktikan berdasarkan pengamatan sehingga gagal menjadi sebuah bukti.
Tim yang dipimpin alm. George Fraser tersebut menggunakan data yang diambil
oleh teleskop XMM-Newton saat melintasi meda magnet kuat pada sisi Bumi yang
menghadap Matahari. Pada saat melintas XMM-Newton melihat sinyal sinar-X yang
lebih intens ketika berada pada sisi yang berhadapan dengan Matahari dibanding
saat berada di sisi Bumi yang membelakangi Matahari. Padahal, sinyal latar
belakang seharusnya sama dimanapun si satelit berada.
Perbedaan ini menjadi daya tarik tersendiri untuk dicari jawabannya. Salah
satu teori yang dikaji adalah interaksi antara angin Matahari dan medan
magnetik Bumi. Akan tetapi interaksi tersebut tidak mampu menjawab perbedaan
yang terjadi. Pada akhirnya mereka pun melihat axion sebagai sumber dari
perbedaan tersebut.
Salah satu aspek yang tidak biasa dalam analisa ini terjadi ketika teleskop
XMM-Newton menangkap foron sinar-X kala ia tidak secara langsung melihat ke
Matahari, melainkan saat sedang berada di sudut kanannya. Padahal, foton
seharusnya bergerak pada arah yang sama dengan axion asal mereka. Tapi menurut
para peneliti hal tersebut tidak aneh karena partikel axion bisa saja tersebar
dan berakhir di teleskop. Tak hanya itu, para astronom juga menunjukan petunjuk
dari sinyal serupa yang dihasilkan oleh teleskop sinar-X Chandra milik NASA.
Pro Kontra
Hipotesa keberadaan keberadaan axion tersebut jelas mengundang pro kontra. Tidak semua orang dapat diyakinkan dengan mudah. Astronom Peter Coles dari University of Sussex, UK, menyatakan bukti yang ditemukan tersebut “situasional”.
Hipotesa keberadaan keberadaan axion tersebut jelas mengundang pro kontra. Tidak semua orang dapat diyakinkan dengan mudah. Astronom Peter Coles dari University of Sussex, UK, menyatakan bukti yang ditemukan tersebut “situasional”.
Bagi Igor Garcia Irastorza yang bekerja di CERN Axion Solar
Telescope (CAST), di markas laboratorium fisika CERN, tak jauh dari
Jenewa, Swiss, sinyal yang dilihat oleh XMM-Newton memang menarik. Akan tetapi,
jenis axion yang sesuai dengan sinyal tersebut akan berbenturan dengan
pengamatan astrofisika lainnya. Selain itu, sifat dan karakter dari partikel
seharusnya berbeda dari teori yang berkembang selama beberapa dekade.
Untuk meneguhkan penemuan tersebut, dibutuhkan pengujian ulang dengan
percobaan axion lainnya yang sepenuhnya bekerja dengan cara berbeda.
Dan perjalanan untuk membuktikan keberadaan materi gelap di sekitar
Matahari pun masih butuh perjalanan panjang.
Nice post gan.
BalasHapussip gan...
BalasHapusterima kasih banyak atas kunjungannya
BalasHapusterima kasih banyak atas kunjungannya
BalasHapusdari artikel ini, materi gelap yang dimaksud seperti apa ?? dan apakah ada pengaruh dalam kehidupan kita ini ? terima kasih
BalasHapusterima kasih atas pertanyaannya
BalasHapusmateri gelap sampai sekarang msih dalam penyelidikan oleh pihak astronom spt NASA dan ESA untuk mngetahui unsur penyusun materi gelap tersebut.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapussiang mas.
BalasHapussaya masih bingung bahkan tidak tahu apa itu materi gelap. apakah hanya terdapat di mataharii dan di tata surya? atau bisa ditemukan di dalam bumi?
ditunggu balasannya, makasih :)